Nasihat

  nasehat lain...
Blog ini milik Arif Rahman Hakim, seorang pria berputra 8 (delapan) yang juga anggota legislatif dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Blog ini berisi berbagai hal yang ingin saya ungkapkan, tentang pikiran saya, keluarga, teman-teman, pekerjaan dan kiprah PKS di seluruh dunia, namun tentu saja terutama di Yogyakarta.
Kepada semua pengunjung blog ini saya harap dapat terbantu dengan artikel-artikel yang saya muat.
silahkan memberi komentar jika perlu.

Visit MUSI 2008


Visit Musi 2008

Kalau kita naik pesawat garuda yang ada tivinya, di pesawat ada iklan yang terus menerus ditayangkan, salah satunya adalah iklan visit musi 2008, yang intinya adalah mengajak untuk mengunjungi Kota Palembang yang terkenal dengan Jembatan Ampera-nya yang membentang di atas sungai musi, itulah sebabnya diangkat thema : Visit Musi 2008, bukan visit Palembang 2008, atau visit-visit yang lain..


nah, masalahnya justru disini, mengapa yang dijual sungai Musi? padahal saat saya berkunjung dan mengarungi sungai musi selama 3 jam, 19 Nov 2008 lalu, nggak ada bagus-bagusnya sungai yang terkenal itu, airnya keruh berwarna kecoklatan, baik akibat limbah industri maupun akibat erosi luarbiasa di daerah hulu, banyak sampah yang hanyut terbawa arus sungai karena budaya masyarakat yang masih seenaknya membuang sampah di sungai, lalu perahu2 kecil dan kapal2 besar pengangkut pupuk sriwijaya dan batubara bersliweran tanpa aturan, serta pemandangan tepian sungai yang tidak dapat dikatakan bagus karena terhampar sepanjang kedua tepi sungai rumah-rumah kumuh milik warga, baik yang nelayan maupun yang bukan nelayan. satu-satunya pemandangan yang agak eksotis adalah daerah sekitar jembatan Ampera, selain jembatannya yang indah, juga disekitarnya terdapat zona publik yang sangat nyaman untuk bengong di tepian sungai. bahkan saat saya meninggalkan Palembang kemaren, di tepian sungai musi tersebut sedang dipersiapkan sebuah acara pentas Band untuk menyambut ulangtahun sebuah perusahaan nasional.
Namun keberanian pemprov untuk menjadikan ikon wisatanya adalah sungai musi merupakan suatu hal yang sangat berani, berani menjual sesuatu yang kurang layak jual, membuat image dan persepsi bahwa sungai musi adalah sungai yang memang layak dikunjungi.
sementara itu, seringkali banyak daerah yang punya potensi wisata yang bagus, tapi tidak bisa menjualnya karena pemprovnya kurang kreatif dalam menjual.
saya pikir, Sumatera selatan dapat menjadi contoh bagaimana kita berkreasi menjual sesuatu di daerah kita yang kurang bagus dengan image bagus, tentu saja dengan upaya sungguh2 agar potensi yang kita jual tersebut menjadi memang layak jual, sehingga tidak menimbulkan kekecewaan wisatawan.


Arif RH

Baca Selanjutnya......

Menyusuri Sungai Musi


Menyusuri Sungai Musi

Siang, 19 Nov 2008, saya dan beberapa kawan menyusuri sungai Musi yang terkenal itu, selama perjalanan yang berlangsung sekitar 4 jam tersebut, banyak hal yang membuat saya prihatin, antara lain : kondisi masyarakat sepanjang sungai musi yang sangat memprihatinkan karena akses mereka pada air bersih cuma mimpi

mengapa cuma mimpi? karena air yang tersedia untuk mencukupi semua kebutuhan mereka sehari-hari hanyalah air sungai yang berwarna kecoklatan itu saja, tidak ada pilihan lain.
mereka terpaksa mandi, mencuci dan memasak menggunakan sumber air yang sama, belum lagi sampah yang bertebaran terbawa hanyut oleh air sungai...
saya tidak bisa membayangkan, bagaimana kondisi air sungai musi di saat musim kemarau...pasti lebih gelap lagi warnanya dan lebih berbau.
memang saya juga melihat bahwa pemerintah menyediakan puskesmas terapung (yang gratis)di tepi sungai, namun tentu saja akan lebih baik bila pemerintah memperbaiki kualitas air sungai dengan mencegah terjadinya pencemaran di hulu sungai musi, lalu mencoba mengatur agar sungai menjadi water front bagi kota dan desa-desa sepanjang sungai musi, sehingga sungai bukan menjadi halaman belakang apalagi keranjang sampah maha panjang karena semua orang membuang sampah di sungai tersebut. bila itu bisa dilaksanakan, maka tentu saja wisata sepanjang sungai musi akan lebih mengasyikkan lagi karena sungainya bersih seperti di luar negeri.

Arif RH
19 nov 2008

Baca Selanjutnya......

Pendidikan dan Pengobatan Gratis

Pendidikan dan Pengobatan Gratis

tanggal 17-20 November 2008, saya dan Komisi A DPRD DIY sempat mendampingi Biro Kerjasama Pemprov DIY untuk mengevaluasi dan menindaklanjuti kerjasama antar daerah di Provinsi Sumatera Selatan, Kota Palembang. dari sekian banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemprov Sumsel, ada satu hal yang menurut saya sangat menarik, yaitu penyelenggaraan pendidikan dan pengobatan gratis untuk semua warga

ya...untuk semua warga, bukan cuma warga miskin saja sebagaimana yang telah dilakukan oleh Pemprov DIY dan Kabupaten Kota se DIY, yang selama ini sering jadi kendala bagi warga miskin tapi tidak tercantum dalam daftar warga yang miskin by name, sehingga sering disio-sio oleh pihak Rumahsakit alias tidak dilayani karena tidak punya penjamin keuangan bila sakit, atau dilirik dengan penuh rasa sebal oleh pihak sekolah ketika sering nunggak uang SPP ataupun sumbangan lain yang amat besar jumlahnya.
kenapa ya, para bupati, Walikota dan Gubernur selalu enggan meniru keberhasilan daerah lain yang sukses menerapkan pendidikan dan pengobatan gratis seperti di Sumsel ini ? ada Bupati di DIY yang ngotot bahwa pendidikan gratis itu tidak mendidik...lha piye itu maksudnya? wong kuwajipan negara untuk melaksanakan pendidikan dengan istilah Wajar 9 tahun atau Wajar 12 tahun, tapi disuruh bayar sekolah..khan nggak nyambung.
Sudah beberapa kali DPRD menyinggung masalah ini, namun selalu jawabannya tidak jelas...
entah kapan, DIY bisa sekolah gratis seluruh warga...
entah kapan, DIY bisa pengobatan gratis seluruh warga...
semoga mimpi ini segera jadi kenyataan, wong anggarannya juga cukup kalau kita mau.

ARH
Palembang
18 Nov 2008


Baca Selanjutnya......

Angkot Kejujuran ?

Angkot Kejujuran

Beberapa bulan yang lalu KPK melaunching beroperasinya toko kejujuran di Kantor KPK, sebuah model toko tanpa pelayan dan tanpa kasir, sehingga di toko tersebut para pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan, lalu memasukkan uang sebesar harga barang dalam laci atau tempat uang yang telah disediakan bahkan mengambil sendiri uang kembaliannya bila uangnya lebih besar dari harga barangnya.


Tak lama kemudian, ada sekolah menengah atas yang juga mengikuti jejak KPK dengan meresmikan beroperasinya Kantin Kejujuran di sekolahnya, para siswa yang membutuhkan makanan dan minuman ringan dipersilahkan mengambil makanan dan minuman yang dibutuhkan, membayar dan mengambil kembalian sendiri tanpa pelayan yang mengawasi kantin tersebut. Kedua Toko tersebut akan dinyatakan berhasil bila perolehan uang dari hasil penjualan lebih besar dari nilai harga barang yang terjual.
Di salah satu sudut Daerah Istimewa Yogyakarta, ada juga kios bensin kejujuran, yang setahu saya sudah ada jauh sebelum KPK membuat Toko Kejujuran, kios bensin di tepi jalan tanpa pelayan tersebut juga mempersilahkan para pembelinya mengambil sendiri bensin yang sudah disiapkan dalam kemasan botol 1 literan, harga jualnya sudah tercantum pula, serta satu kotak uang mirip kotak infaq masjid untuk memasukkan uangnya. Namun para pembeli agar memasukkan uang pas, karena tidak bisa mengambil uang kembalian dari kotak tersebut.
Kejadian yang baru saya alami beberapa hari yang lalu menurut saya unik dan agak tidak lazim, yaitu naik angkot tanpa kenek jurusan UKI-Cileungsi PP. Apanya yang unik? Khan sudah biasa kita naik angkot tanpa kenek? Itu betul, banyak angkot beroperasi tanpa kenek, selain mengurangi space tempat duduk, juga harus bayar gaji kenek, kurang ekonomis, penumpang tinggal naik, duduk dan saat turun baru membayar tariff dan meminta uang kembalian pada pak sopir, seringkali terjadi penumpang merasa membayar terlalu mahal atau sebaliknya si sopir merasa penumpang membayar kurang dari tariff yang telah ditentukan. Yang saya sebut unik pada angkot jurusan UKI-Cileungsi PP tadi adalah karena begitu pintu mobil ditutup, maka para penumpang masing-masing mengeluarkan uang sesuai tariff yang telah disepakati, tanpa ada yang menyuruh, salah satu atau dua penumpang menjadi “kenek” yang mengumpulkan ongkos dari para penumpang lain, membayar uang kembalian dan seterusnya hingga semua ongkos dari penumpang terkumpul, lalu diserahkan pada pak sopir yang sedang melaju di jalan TOL Jagorawi, bila semua uang besar, maka pak sopir ini dengan keahlian mengemudinya segera menghitung uang perolehan, lalu mengambil dompet untuk uang kecil kembalian yang belum dibayarkan, tetap sambil menyetir kendaraannya diatas 100 km/jam…wuih…
Pak sopir yang trampil acrobat tersebut mempercayai kejujuran para penumpangnya, bahwa mereka semua pasti membayar. Alangkah indahnya bila alat transportasi yang selama ini dilaporkan merugi seperti PT. Kereta Api menetapkan prinsip kejujuran seperti angkot tadi, semua penumpang membayar sesuai tariff yang tentu saja terjangkau sesuai kelas, tidak ada penumpang berdiri, masing-masing penumpang menjadi pengawas apakah ada penumpang yang tidak bayar dan kereta api tepat waktu, entahlah…


Baca Selanjutnya......
 

blogger templates | Make Money Online