Nasihat

  nasehat lain...
Blog ini milik Arif Rahman Hakim, seorang pria berputra 8 (delapan) yang juga anggota legislatif dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Blog ini berisi berbagai hal yang ingin saya ungkapkan, tentang pikiran saya, keluarga, teman-teman, pekerjaan dan kiprah PKS di seluruh dunia, namun tentu saja terutama di Yogyakarta.
Kepada semua pengunjung blog ini saya harap dapat terbantu dengan artikel-artikel yang saya muat.
silahkan memberi komentar jika perlu.

155 Alamat DPT Sama; Yang Masuk Tak Dikenal, Yang Dikenal Tak MasukBagikan



Tulisan kawan saya : Erwan Widyarto, seorang pelukis yang nyambi jadi wartawan Radar Jogja di Facebook-nya
07 April 2009 jam 0:04
Sebagai warga masyarakat yang baik (ehm….) Minggu (5/4) kemarin saya ikut kerja bakti menyiapkan tempat pemungutan suara (TPS). Kebetulan, lokasi TPS ini berada di pendopo yang berada di depan rumah saya. Dipandegani Ketua KPPS TPS 11 Perumahan Gumuk Indah Arief Tugiman SPd, para anggota KPPS ( Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) mendirikan tenda, menata kursi, mengeset alur pemilih dan seterusnya. Semuanya mengalir. Berbagai keterbatasan, coba diatasi oleh inisiatif para anggota KPPS.




Saya bukan anggota KPPS. Jadi, ya sekadar bantu-bantu saja. Tapi, naluri wartawan saya muncul begitu melihat ‘’seonggok’’ kertas putih yang dipegang ketua KPPS. Itulah ‘’daftar suci’’ yang menjadi sorotan publik –termasuk partai politik—dan bisa membuat geger pemilu, namanya Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Keingintahuan saya berkobar. Apalagi, mendengar dan juga sudah ditulis di sebuah koran lokal, adanya DPT bermasalah di wilayah ini. Hanya saja, koran tersebut (dan ini penyakit wartawan) hanya menyajikan omongan orang tanpa berusaha mencari bukti empirisnya.
Jebakan verbalisme, itu istilah yang selalu saya ungkapkan kepada para reporter agar dihindari. Seorang jurnalis harus berusaha mencari bukti nyata suatu fakta (fact finding). Tidak boleh hanya percaya begitu saja omongan orang. ‘’Kata dia, atau katanya….’’ Sebab, boleh jadi, orang tersebut juga hanya bicara tanpa bukti. Dan kalau itu yang terjadi, apa yang ditulis media hanyalah gosip semata Bukan fakta empiris. Bahkan, bisa jadi, untuk urusan politik, apa yang ditulis wartawan menjurus pada fitnah atau penyebaran isu yang mengarah pada pembunuhan karakter terhadap lawan politik.
Soal DPT bermasalah ini, reporter Radar Jogja sebenarnya juga pernah menuliskan laporannya. Tapi, ya itu tadi, tak ada bukti empirik. Seperti pada koran lokal tadi, tak disertai nama-nama atau alamat yang disebut bermasalah. Karenanya, berita reporter tersebut tak bisa keluar di Radar Jogja. Kebijakan koran ini untuk tidak menyebarkan berita tanpa fakta.
Nah, bukti kongkret itulah yang kemudian ada di depan mata saya saat kerja bakti kemarin. Maka tak boleh disia-siakan. Saya ambil kamera, ambil kertas dan alat tulis lalu ‘’seonggok’’ kertas yang dibawa ketua KPPS itu pun berpindah ke tangan saya. Tak perlu saya tanya sana-sini atau meminta penjelasan verbal apa saja yang bermasalah, data tersebut langsung ‘’bicara.’’
Benar saja. Data ini bisa menunjukkan betapa Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2009 memang amburadul. Ini hanya data pada satu tempat pemungutan suara (TPS). Yakni TPS 11 Perumahan Gumuk Indah, Sidoarum, Godean. Di depan rumah saya.
Tercatat ada 311 pemilih. Tapi, alamak, ada sebanyak 155 pemilih dengan alamat sama: yakni Gumuk Indah B-19. Nama-nama pemilih dan nomor induk kependudukan (NIK) memang beda. Dan saya pun berpikir,wah ini hanya salah entry atau salah ketik. Atau malas mengubah alamat saja. Ternyata tidak hanya itu, nama-nama di alamat sama itu banyak yang tidak dikenal di perumahan tempat saya tinggal.
Ada beberapa yang ‘’salah ketik’’ alias ngawur sehingga alamatnya ‘’berubah’’ menjadi Gumuk Indah B-19. Misalnya saja, Prof Dr Anik Gufron. Wakil Rektor di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mestinya beralamat di Gumuk Indah B-03. Ada pula yang namanya Sukar Petir. Seumur-umur (maksud saya, seumur saya tinggal di Gumuk Indah sejak 1997), belum pernah ada nama atau mendengar nama itu.
Dari 155 alamat sama tadi, panitia menyebut ada 88 nama tak dikenal. Artinya, mereka bukan penghuni Gumuk Indah yang terdiri dari RT 08 sampai RT 11. Beberapa nama, meski tak tinggal di perumahan, dikenali panitia. Mereka adalah warga kampung yang berdekatan dengan perumahan. Untuk kasus ini, undangan memilih tetap diberikan. Jadi, 88 nama itulah yang dipastikan golput.
Tak hanya itu, ruwetnya DPT juga bisa dilihat dari tanggal lahir. Di daftar resmi itu, banyak pemilih yang nama kota kelahirannya tidak ditulis. Misalnya ada nama Agus Taruki lahir 20-08-1979. Atau Drs Dicky Wardono, 17-12-1968. Padahal, mestinya, tanggal lahir selalu diikuti dengan kota kelahiran. Misalnya, Marni, Magelang, 31-12-1976. Nama terakhir ini, meski ada kota kelahirannya, juga menyisakan masalah. Dia adalah nama pembantu rumat tangga (PRT) saya yang sudah menikah di Magelang dan tak lagi bersama keluarga saya sejak lima tahun lalu. Dan, data ini sudah saya update ketika rame-rame memperbarui Kartu Keluarga yang katanya dipakai untuk Sistem Administrasi Kependudukan yang baru. Yang keperluannya salah satunya untuk pemilu ini. Tapi….
Aha, ada yang bikin tersenyum pula jika mengamati DPT ajaib ini. Ada nama Rosa Lucia Aryeswati P yang mestinya belum lahir karena tanggal kelahirannya tertulis 14-04-4973. Rosa akan lahir 2965 tahun lagi sebagaimana di kolom umur dalam DPT yang menyebut -2965 (minus 2965).
Kalau Anda tersenyum, ada kawan yang ikut kerja bakti harus menggerutu. Ia yang jelas-jelas warga Gumuk Indah (termasuk yang pertama menempati perumahan di bekas tempat perkemahan ini) bersama sang isteri, tidak ada di dalam DPT. Pegawai apotek Kimia Farma ini pun tak bisa menyalurkan suaranya saat Pemilu Legislatif 9 April nanti.
Dan, inilah, yang membuat kawan saya menyebut DPT sebagai Daftare Pating Tlusur ora karuhan. Sambil menerawang, menggumam, kawan saya itu berkata, ‘’Semoga ini hanya terjadi di Gumuk Indah saja. Yang masuk tak dikenal, saya yang dikenal tidak masuk.’’
Ya. Semoga. Sebab, kalau tidak, bisa dibayangkan jika satu TPS ada 88 nama tak dikenal, akan ada berapa ribu, berapa puluh ribu, berapa ratus ribu atau berapa juta jika dikalikan ribuan TPS di negeri ini. Uhh! (wanradja@yahoo.com)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger templates | Make Money Online