Nasihat

  nasehat lain...
Blog ini milik Arif Rahman Hakim, seorang pria berputra 8 (delapan) yang juga anggota legislatif dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Blog ini berisi berbagai hal yang ingin saya ungkapkan, tentang pikiran saya, keluarga, teman-teman, pekerjaan dan kiprah PKS di seluruh dunia, namun tentu saja terutama di Yogyakarta.
Kepada semua pengunjung blog ini saya harap dapat terbantu dengan artikel-artikel yang saya muat.
silahkan memberi komentar jika perlu.

Cerita (dan derita) caleg gagal 2



Jual Sawah dan Mobil,Gagal Raih Kursi DPRD

Hasil sementara Pemilu Legislatif yang digelar pekan menyesakkan dada beberapa calon incumbentDPRD DIY yang tersingkir.Dukungan suara yang diharapkan datang,ternyata tak sesuai harapan. Bagaimana kisah sedih mereka?



Koran SINDO Tuesday, 14 April 2009
TIKET menjadi wakil rakyat ternyata sangat mahal.Tak sedikit calon legislatif (caleg) yang merasa dibohongi pemilih.Meskipun jumlah penghitungan secara resmi belum diketahui secara pasti,namun para caleg incumbent yang sudah bekerja dan berjuang keras untuk mendapatkan dukungan rakyat mengaku telah bisa memprediksi kekalahan yang bakal mereka terima.

Mereka mengaku hanya bisa pasrah dengan hasil yang dicapai, meski tak sesuai dengan harapan. Seperti yang cerita ‘sedih’ caleg incumbentDPRD DIY dari PDIP TernalemPA yangjadisalahsatukorban Pemilu 2009. Dia mengaku tidak beruntung meski telah bekerjakeras membina sejumlah desa di Gunungkidul.

“ Saya terus terang masih puyeng. Tetapi saya masih bisa tersenyum. Desa binaan saya habis hanya karena uang Rp50.000-an,”akunya. Anggota legislatif DPRD DIY ini kemudian mencoba menceritakan suka dukanya untuk mendapatkan dukungan dan amanat rakyat.

Usai menjalankan aktivitas sebagai anggota Dewan dirinya mengaku tidak langsung pulang. Akan tetapi terus menyatu dengan warga Gunungkidul di hampir separuh kecamatan di Gunungkidul.

“Saya itu sampai rumah sudah malam. Rata-rata di atas jam sebelas,” tuturnya. Namun,usah keras yang dilakukannya justru berbuah sebaliknya. Pilihan rakyat masih belum tertuju kepadanya.

“Wah ternyata pilihan rakyat adalah uang,” gerutu pria yang lahir di tanah Batak ini. Dia mencoba mendekati para kader militan PDIP yang menjadi kendaraan politiknya.Namun yang membuat dirinya sangat kecewa adalah tiga TPS yang sudah lama dibinanya, ternyata hanya menelurkan tiga suara untuknya. Belum lagi para kader tim suksesnya yang justru malah tidak memilihnya.

“Ya… Mobil saya sudah bablas, tanah juga sudah saya jual.Dulu tidak punya mobil sekarang juga tidak punya mobil,”ceritanya sambil mencoba tetap tersenyum. Hal yang sama juga dialami oleh Basuki Rahmad.Kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga masih duduk di DPRD DIY ini mengaku harus mengeluarkan uang Rp4 juta hanya untuk mendapatkan 49 suara.

Dana sebesar itu digunakan untuk membantu pengadaan alat musik rebana salah satu dusun di Sleman. Sambil memeragakan rebana bantuan senilai Rp4 juta itu, dia menyayikan 49 suara yang diperolehnya.“ Breng,breng,brengempat juta…breng-breng, breng 49 suara,” tirunya sambil tertawa-tawa.

Sungguh kisah-kisah lucu itu keluar dengan alaminya dari mulut para calon anggota legislatif di Yogyakarta. Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) TakdirAli Mukti yang memilih tak mencalonkan diri lagi sebagai wakil rakyat berpendapat,munculnya fenomena money politicsdalam pemilu saat ini yang terjadi secara massive membuktikan jika rakyat masih mempunyai bakat menjadi koruptor.

Takdir yang saat ini masih aktif di Komisi A DPRD DIY ini mencontohkan seorang caleg kabupaten harus mengeluarkan uang Rp600 juta untuk transaksi suara ini. Setelah penghitungan suara, baru terungkap minimnya suara yang diharapkan.Hal ini membuat banyak caleg yang sangat shock melihat perolehan suara yang jeblok. “Rata-rata mereka mengaku ditipu oleh rakyatnya,” paparnya.

Hal ini menjadi berbalik dari kondisi sebelumnya dimana yang terdengar adalah legislatif yang menipu rakyatnya.“Ini juga membuktikan masyarakat kita sudah tidak lagi mempunyai ideologi dalam pilihan partainya. Masyarakat sudah benar-benar fullpragmatis,” tegasnya. (suharjono/bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger templates | Make Money Online