Nasihat

  nasehat lain...
Blog ini milik Arif Rahman Hakim, seorang pria berputra 8 (delapan) yang juga anggota legislatif dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Blog ini berisi berbagai hal yang ingin saya ungkapkan, tentang pikiran saya, keluarga, teman-teman, pekerjaan dan kiprah PKS di seluruh dunia, namun tentu saja terutama di Yogyakarta.
Kepada semua pengunjung blog ini saya harap dapat terbantu dengan artikel-artikel yang saya muat.
silahkan memberi komentar jika perlu.

Amazing Story: Sipir Guantanamo Masuk Islam!




Sel Guantanamo yang hening di waktu malam mengantarkannya bersyahadat. Ia memeluk Islam ketika didera skeptis oleh perlakuan negaranya terhadap tahanan yang disebut teroris
-----
Oleh Chairul Akhmad



Awal tahun 2004, ia baru enam bulan menjadi sipir penjara Guantanamo. Pada suatu malam yang hening, ia berbincang-bincang dengan tahanan No 560, warga Maroko yang dikenal dengan sebutan "Jenderal". Sebuah percakapan yang membuatnya mengubah jalan hidup.

Namanya Terry Holdbrooks, ia bertugas menjaga dan mengawasi para tahanan yang kebanyakan dituding sebagai teroris oleh pemerintah AS. Holdbrooks mengawal mereka ketika akan diinterogasi, atau kemana pun mereka pergi. Namun shift malam berjalan lamban tanpa kegiatan berarti.

"Satu-satunya yang harus kau lakukan adalah mengepel lantai," ujarnya.

Ia kemudian menghabiskan malam dengan duduk bersilang kaki di lantai, berbincang-bincang dengan para tahanan lewat lubang besi pintu sel, terutama dengan tahanan No 560.

Akhirnya, hubungan Holdbrooks dengan 'Sang Jenderal' yang bernama asli Ahmad Errachidi, kian akrab.

Bincang-bincang tengah malam mereka menggiring Holdbrooks pada sikap skeptis terhadap penjara (Guantanamo). Ia pun kian berpikir tentang jalan hidupnya yang dianggap salah.

Setelah itu, Holdbrooks memesan buku-buku tentang Arab dan Islam, dan mulai mempelajari agama yang dianggapnya menarik.

Tak lama kemudian, ngobrol santai malam-malam itu pun berubah menjadi pengucapan syahadat. Holdbrooks menyodorkan pulpen dan sebuah kartu kepada Errachidi lewat lubang sel, memintanya menuliskan syahadat dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Arab.

Holdbrooks mengucapkan kata-kata yang tertulis di kartu dengan suara lantang. Ia memeluk Islam, di atas lantai penjara Kamp Delta Guantanamo.

Holdbrooks, yang meninggalkan militer tahun 2005, membagi pengalamannya kepada Majalah Newsweek, dalam sebuah wawancara beberapa minggu lalu. Ia dan mantan sipir Guantanamo lainnya mengungkapkan perlakuan sadis terhadap para tahanan yang dilakukan oleh tentara, paramedis, dan para interogator yang ingin membalas dendam. Terutama terhadap tahanan yang dituding terlibat dalam serangan 9/11 di New York.

Seiring dengan munculnya kabut rahasia Guantanamo, pemandangan lainnya juga bermunculan. Termasuk adanya interaksi mengejutkan antara sipir dan tahanan; baik dalam masalah politik, agama, maupun musik. Sebuah hubungan timbal-balik yang mengundang keanehan kedua belah pihak, bahkan terkadang melahirkan empati.

"Para tahanan biasanya berbicara dengan sikap hormat kepada para penjaga yang juga menunjukkan sikap serupa," kata Errachidi, yang sudah lima tahun menghuni Guantanamo, dan kini telah pulang ke Maroko. "Kami berbicara tentang segala hal, yang biasa, hal-hal yang umum," imbuhnya.

Tingkat identifikasi Holdbrooks dengan pihak lain memang luar biasa. Tak seorang pun penjaga (sipir) maupun sukarelawan yang masuk Islam di Guantanamo.

Pengalaman di tempat kuliahnya mengajarkan bahwa para penjaga dan tahanan biasanya saling bermusuhan. Namun, Holdbrooks sepertinya membalikkan kaidah alam. Bahkan ia dituding melakukan konspirasi.

Holdbrooks tumbuh dan besar di Kota Phoenix, Arizona. Ia mengaku pemabuk berat sebelum masuk militer tahun 2002, dan "anti segalanya". Kedua telinganya berlubang dan dihiasi anting kayu, lengannya dihiasi tato hingga ke bahu. Kamar apartemennya dipenuhi memorabilia film-film horor.

Holdbrooks juga seorang pencinta lagu-lagu metal.

Holdbrooks -yang disebut TJ oleh teman-temannya- bergabung dengan militer AS hanya untuk menghindari masalah seperti yang dialami orang tuanya. Dia mengikuti kata hatinya untuk mencari ketenangan.

Pertama kali meninggalkan rumah, dia langsung bertunangan dengan seorang perempuan yang baru delapan hari dikenalnya. Holdbrooks lalu menikahinya tiga bulan kemudian.

Dengan pemahaman keagamaan yang kurang, Holdbrooks tersentak oleh ketaatan para tahanan Guantanamo dalam menjaga keimanan mereka.

"Kebanyakan orang-orang Amerika telah meninggalkan Tuhan, namun di tempat ini (para tahanan), begitu teguh menjalankan shalat," tuturnya.


Penahanan Errachidi mengundang kecurigaan Holdbrooks. Orang Maroko itu bekerja sebagai koki di Inggris selama 18 tahun, dan sangat lancar berbahasa Inggris.

Errachidi mengatakan pada Holdbrooks, ia tengah melakukan perjalanan ke Pakistan dalam rangka bisnis akhir September 2001, untuk mencari biaya operasi anaknya.

Ketika melintasi Afghanistan, ia ditangkap oleh pasukan NATO dan dijual ke pasukan AS seharga $5,000. Di Guantanamo, Errachidi dituduh mengikuti pelatihan di kamp al-Qaida.

Namun, investigasi yang dilakukan oleh surat kabar London Times tahun 2007 membenarkan cerita Errachidi. Hal ini menuntunnya ke gerbang pembebasan.

Errachidi mengaku tidak terlalu ingat malam saat Holdbrooks masuk Islam. Selain dengan Holdbrooks, Errachidi juga berdiskusi dengan para penjaga lainnya.

Topiknya beragam, terutama tentang agama Kristen dan pengorbanan Yesus. Ketika Holdbrooks berniat masuk Islam, Errachidi sempat menasihatinya, bahwa konsekuensi keimanannya akan mendatangkan kesulitan.

Setelah bersyahadat, terjadi perubahan mencolok pada perilaku Holdbrooks. Teman-temannya sesama sipir merasa aneh dengan perubahan yang terjadi pada pemuda Phoenix itu. Mereka mendengar para tahanan memanggilnya Mustapha, dan melihat Holdbrooks rajin belajar bahasa Arab.

Suatu ketika, teman-temannya sesama anggota militer menggeledah apartemen Holdbrooks di Phoenix. Mereka menggiringnya ke halaman, sementara beberapa orang lainnya masuk ke dalam kamar. Mereka menemukan tumpukan buku-buku agama Islam, al-Qur'an, juga buku The Complete Idiot's Guide to Understanding Islam.

Setelah melihat bukti-bukti dalam kamarnya mereka pun pergi dan meneriaki Holdbrooks dengan kata-kata pengkhianat. Tak lupa, sang komandan memberikannya hadiah berupa bogem mentah di wajahnya.

Beberapa bulan kemudian, Holdbrooks keluar dari militer, dua tahun sebelum masa penugasannya berakhir. Begitu pensiun dari militer, ia kembali tenggelam dalam dunia alkohol. Mabuk hampir tiap waktu dan menghabiskan $60 per hari untuk membeli minuman.

Baru-baru ini, Holdbrooks kembali berhubungan dengan Errachidi, yang kini didera tekanan batin sejak meninggalkan Guantanamo. Errachidi mengaku mengalami masalah dalam menikmati kebebasannya. Ia tengah berupaya belajar berjalan tanpa bantuan tongkat penyangga, dan mencoba tidur malam dalam kondisi lampu padam.

Adapun Holdbrooks, yang kini berusia 25 tahun, sudah berhenti mabuk sejak tiga bulan lalu. Ia rajin mengikuti shalat jamaah lima waktu di Islamic Center Tempe, sebuah masjid dekat Universitas Phoenix. Kemana-mana ia selalu memakai songkok dan aktif dalam mengikuti kegiatan keislaman yang diselenggarakan di Tempe.

Ketika Imam Masjid Tempe mengenalkan Holdbrooks kepada para jamaah dan menjelaskan bahwa ia masuk Islam di Guantanamo, beberapa orang langsung merubung dan menjabat tangannya dengan erat.

"Saya kira mereka (AS) menempatkan orang-orang paling kejam di Guantanamo. Saya tidak pernah mengira ada orang seperti TJ," canda Amr Elsamny, sang imam, kepada jamaah.

Mantan sipir di penjara angker yang juga seorang pemabuk itu, kini telah menemukan ketenangan, dengan menjadi seorang Muslim.

sumber: sabili.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

blogger templates | Make Money Online